Pilu sembilu-ku

Ku menutup diri.

Dari ramai, dari genggaman, dan upaya menyelamatkan diri.


Rupanya kau menarik diri.

Membuka gagang pintu.

Menarik diri dari sepi, sendu, dan pilu yang sahut menyahut.


Ku menutup telinga.

Dari bisik bisik yang mengangguku.

Dari dentuman yang memilukan.

Yang luluh lantakan aku dalam ketidak berdayaan.


Rupanya kau melepasnya.

Dari bising yang mencelamu.

Kau diam diam tanpa ampun menoleh dan memungut retakan kicauan yang berdarah.


Ku butakan cahayaku.

Dari jendela sudut kamarku,

Dari sinar kecil balik jeruji kamarku.

Ku sengajakan gelapkan sinarnya.

Namun, memperparah jangkauanku.


Hingga bukan hanya hatiku yang tercabik cabik. Ada secuil perih dan tak nampak mulai mengikisku.


Kau bilang;

“Aku bukan menyerah. Hanya saja aku ingin sedikit melihat dan mendengar seperti apa mereka mencemoohku. Aku bukan menyerah, hanya saja aku ingin melihat sebentar seberapa tinggi telunjuk mereka padaku.”


Lalu ku jawab begini;

“Tolong, bantu aku terangkan diriku”

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar