Review Buku : Aku Bukannya Menyerah, Hanya Sedang Lelah



Buku ini berisikan esai pendek berupa pengembangan diri yang sangat relateable perihal proses pencarian jati diri dan mengalami quarter of life yang dituliskan oleh Geulbaewoo. Buku ini juga di rekomendasikan oleh Sungjin DAY6.


Dari tulisan Geulbaewoo kita diajak untuk saling bercerita dan turut langsung ikut dalam perjalanan seorang Geulbaewoo. Nah, dalam buku ini berisi 3 bagian besar yang esainya mudah dipahami yaitu bagian satu yaitu Kau Pasti Bisa Mewujudkan Banyak Hal. Bagian kedua Meski Jatuh Berulang Kali; Untukmu yang Kelelahan Karena Selalu Menahan Semuanya Sendiri. Bagian Ketiga Kesukaan yang Paling Menunjukkan Jati Diri.


Layaknya refleksi diri, kita dapat memahami pengalaman yang didasari oleh penulis. Mengalami sebuah kegagalan berkali-kali yang dalam proses kegagalannya perlahan penulis menemukan apa yang sedang dicarinya. Seperti menemukan titik terang atau pun harta karun dari kegagalan yang dialami oleh Geulbaewoo.


“Walau jalan yang kau lalui sepi, dan tak ada orang yang memperhatikan atau menghargainya bukan berarti jalan yang kau lalui itu salah. Teruslah berjalan. Saat kau terus berjalan, kau akan bertemu dengan sosok terbaik dirimu, bukan sosok yang kau benci atau disukai oleh orang lain.” (page 84)


Pada sepenggal kalimat diatas, saya menemukan satu pembelajaran bahwa meskipun jalan yang kita telusuri terasa sepi tanpa dukungan bukan berarti kita memilih jalan yang salah. Namun sedang bertumbuh dan menemui sosok baru yang belum kita jumpai dari diri kita sendiri. 


Saya pun belajar dari buku ini bahwa kita perlu untuk beristirahat dan mengambil jeda. Tak apa kita merasa lelah karena kita tahu bahwa setiap orang perlu memulihkan diri dari perjalanan panjangnya. Kita  juga diajak untuk lebih menghargai sebuah kegagalan serta mencintai dan mengajak berdamai diri sendiri dari ketidaksempurnaan kita. Sebab, kita adalah manusia berharga.


Ah iya, bagian kesatu dan bagian ketiga adalah yang paling relate sama kehidupan yang sedang saya jalani pada usia 20 tahuan hingga saat ini. Kegagalan, ketakutan, dan mempercayai dari sebuah jatuh. Saya perlu belajar untuk lebih berani mengambil pilihan untuk menemuukan satu sisi dari diri sendiri. 

Terakhir; Apa yang membuatku bahagia? Sebuah pertanyaan yang masih melekat hingga sekarang.


“Menyimpan ucapan adalah yang terbaik. Karena penyesalan terbesar yang kita miliki adalah mengucapkan sesuatu yang seharusnya tidak diucapkan.” (page 147)





Related Posts:

2 komentar:

  1. wahh kayanya bukunya bagus, langsung masuk list nih hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo kak. Terima kasih kak sdh mampir. Oh iya buku ini memang saya rekomendasikan dan cukup relate sih. Apalagi sebuah pertanyaan "apa yg membuat kita bahagia?". Apakah kita sdh bahagia. Nah pertanyaan tsb juga di umpakan dgn hamburger. Kenapa? Yook baca yoook

      Hapus