Review Drama Missing: the Other Side


Missing: the Other Side


Eps: 12

Network: OCN

Pemain: Go Soo, Heo Joon Ho, Song Ha Jun, Ahn So hee, Seo Eun Soo, Seong Geun Hee.



Nah, drama ini sejujurnya sudah saya nonton tahun 2020 dan kabarnya akan tayang season 2. Entahlah, pemainnya tetap om Go Soo dan Heo Joon Ho saya berharap mereka tetap mengambil project ini karena chemistry antara mereka sudah baik.


Kali ini OCN, mengeluarkan drama Missing: the Other Side yang biasanya kita tahu bahwa OCN sering kali mengeluarkan dark drama dengan pencahayaan yang minim serta plot twist yang epic. Namun kali ini, OCN mengeluarkan drama yang full of epic drama dari dua aktor senior.


Missing : The Other Side digarap dengan apik, dan memberi perhatian setiap detail scenenya. Sepanjang nonton drama ini saya sama sekali tidak merasa ada kejanggalan yang mengganggu. Apalagi aktor utamanya yang menurutku menjadi partner dalam memecahkan masalah dari arwah.


Kenapa sih drama ini kurang diminati? Saya kurang tahu padahal drama ini sangat recommend sekali dengan kisah misteri dan thriller.  2 aktor pemeran utamanya pun dapat melihat arwah dari Desa Duon. Mengapa sih bisa melihat arwah dari Desa Duon? Sesuai judulnya, Missing: the Other Side. Kehilangan, seseorang yang hilang dan saling menemukan. Sedih sih, setiap arwah dan kedua tokoh utamanya memiliki kisah berbeda. Mengapa harus orang baik yang mengalaminya.


Ada alasan dibalik mereka melihat Desa Duon adalah mereka kehilangan satu anggota keluarga yang belum ditemukan "tubuhnya" dan arwahnya akan berakhir ke Desa Duon dan yang bisa melihat desa tsb tentunya hanya Om Go Soo dan Om Heo Joon Ho. 


Drama ini patut dinonton bagi yang ingin mencari vibe baru dari OCN. OCN yang terkenal dengan drama yang dark dan plot twistnya. Kini kita diberikan oleh drama healing. Jarang kan kita diberikan drama healing oleh OCN alasan dibalik mereka melihat Desa Duon adalah mereka kehilangan satu anggota keluarga yang belum ditemukan dan berakhir di Desa Duon.


Drama ini menurutku vibenya hampir sama dengan Hotel Del Luna. Karna, salah satu pemerannya dapat melihat arwah. Tapi beda. Bedanya adalah Hotel Del Luna diusung sebagai tempat persinggahan sementara bagi arwah yang masih ingin di dunia. Sedangkan, Missing the Other Side diusung sebagai drama yang tubuhnya belum ditemukan sama sekali dan saling menemukan alasan dibalik kematiannya. 


Drama ini patut dinonton bagi yang ingin mencari vibe baru dari OCN. Arwahnya akan ke Desa Duon dan yang bisa melihat desa tsb tentunya hanya Om Go Soo dan Om Heo Joon Ho.  Ah iya btw soundtractnya juga healing banget. Dari drama ini pula, saya sadar bahwa setiap manusia adalah berharga. 


Continue reading Review Drama Missing: the Other Side

Drama Healing: You are My Spring



Drama yang mengusung romance dan thriller diproduksi oleh TvN membuat saya untuk tidak mempercayai dari segi poster.


Meskipun baru 8 eps hingga saat ini, drama You are My Spring sekali lagi membuat saya berpikir keras. Drama ini bukan kisah romansa biasa melainkan pemain saling berkaitan erat, emosi yang pas dan memiliki dark healing. Ah iya drama ini membahas tentang psikologi makanya saya bilang dark healing. Secara gak langsung, script tsb membawa kita kearah healing. 



Kenapa saya bilang dark healing?

Drama ini saling menyembuhkan dan relate dengan kehidupan. Konsep dan alur cerita yang ditata sangat baik pun dapat dilihat dari sinematografi beserta dialog pemain yang saling menyembuhkan jiwa.


Setiap pemain memiliki kisah pelik dan trauma tersendiri sejak kecil. Dan, bagi semua orang pasti memiliki hal serupa dan tak bisa dijelaskan, kan?


Ah iya, kata penulisnya mbak Lee Mina bahwa drama ini dikaitkan dengan musim semi. Kenapa musim semi, sih? Musim semi ini kerap dihubungkan dengan kehangatan dan proses penyembuhan. Jadi, seseorang berharap setiap hari yang akan datang terasa hangat dan memiliki harapan yang baik pula.

Saya merekomendasikan drama ini untuk di nonton meskipun drama ini masih on going.

Continue reading Drama Healing: You are My Spring

Kamu termasuk people pleaser?

Apakah kamu termasuk people pleaser atau tidak enakan? Yuk sesekali ubah kebiasaanmu.


Manusia adalah salah satu makluk sosial yang memiliki empati dan emosi yang baik. Serta, manusia mudah beradaptasi dan saling membutuhkan/membantu satu sama lain. Namun, kadangkala manusia lupa perihal kondisi tersebut sering disalah artikan oleh sebagian orang. Ada apa sih? Nah, manusia kerapkali mementingan kepentingan / kebutuhan serta kebahagian orang lain tanpa memikirkan kepentingan / kebahagiaannya sendiri.


Menurut kamu wajar gak sih? Sebagian orang menganggap wajar, jika dijadikan kebiasaan maka hal itu pun bisa menyakiti diri sendiri dari ketidakmauan/kesulitan menolak.  Hal tersebut disebut people pleaser. Apa sih people pleaser?


Menurut Susan Newman, psikolog dari Amerika nih bahwa people pleaser tersebut lebih mementingkan kebahagiaan atau kebutuhan orang lain daripada diri sendiri sehingga mudah menyakiti diri. Kesulitan menolak dan mengatakan "aku tak bisa" atau biasa disebut tidak enakkan menjadikannya sulit mengekspresikan dirinya. Hal ini pun membuat seseorang sulit mengekspresikan diri sendiri, ketidaksukaannya, dan tidak mau dianggap aneh karena menolak pertolongan orang. Nah, people pleaser atau tidak enakkan biasa ingin mendapatkan pengakuan ataupun penerimaan dari orang lain bahwa mereka bisa atau pun mampu padahal mengalami kesulitannya.


People pleaser didasari dari lingkungan sedari kecil. Mengapa? Karena dituntut untuk selalu berbuat baik dan memberi contoh serta tidak dibiasakan untuk menolak sejak dini. Berbuat baik pun tak salah, tapi bisa diporsir sesuai kebutuhan dan kemampuan seseorang.


Cara mengatasinya?

1. Mengucapkan maaf dan belajar menolak perlahan.

Dengan memberanikan diri untuk mengatakan "maaf, aku tidak bisa" tidak membuatmu menjadi jahat. Dengan mengucapkan maaf dan menolak dengan perlahan serta memberikan pengertian yang mudah dimengerti seseorang akan menerimanya dengan baik pula. Tak perlu memaksamu untuk selalu mengatakan "Iya aku bisa" padahal diri kamu sedang mengalami kesulitan.


2. Buatlah daftar pencapaian atas dirimu.

Nah, tulislah mengapa dan bagaimana kamu harus membantu seseorang atau pun alasan berhenti menjadi people pleaser. Jangan ragu untuk berkonsultasi terhadap yang berprofesional agar membantumu untuk mengatasi people pleasingmu.


3. Sadari bahwa ada orang-orang yang siap membantu


Nah, pelajari lebih lanjut bahwa bantuanmu sangat dibutuhkan oleh orang yang membutuhkan bantuanmu. Serta, tak lupa untuk lebih bersosialisasi lebih baik lagi.


Kita tidak perlu menjadi super hero setiap waktu untuk membantu orang lain. Kadang pula kita lupa akan kebahagiaan kita demi mendepankan kebahagiaan seseorang. Sadari sejak dini dan jika saja kamu butuh bantuan, kamu jangan ragu. 

Continue reading Kamu termasuk people pleaser?

Pilu sembilu-ku

Ku menutup diri.

Dari ramai, dari genggaman, dan upaya menyelamatkan diri.


Rupanya kau menarik diri.

Membuka gagang pintu.

Menarik diri dari sepi, sendu, dan pilu yang sahut menyahut.


Ku menutup telinga.

Dari bisik bisik yang mengangguku.

Dari dentuman yang memilukan.

Yang luluh lantakan aku dalam ketidak berdayaan.


Rupanya kau melepasnya.

Dari bising yang mencelamu.

Kau diam diam tanpa ampun menoleh dan memungut retakan kicauan yang berdarah.


Ku butakan cahayaku.

Dari jendela sudut kamarku,

Dari sinar kecil balik jeruji kamarku.

Ku sengajakan gelapkan sinarnya.

Namun, memperparah jangkauanku.


Hingga bukan hanya hatiku yang tercabik cabik. Ada secuil perih dan tak nampak mulai mengikisku.


Kau bilang;

“Aku bukan menyerah. Hanya saja aku ingin sedikit melihat dan mendengar seperti apa mereka mencemoohku. Aku bukan menyerah, hanya saja aku ingin melihat sebentar seberapa tinggi telunjuk mereka padaku.”


Lalu ku jawab begini;

“Tolong, bantu aku terangkan diriku”

Continue reading Pilu sembilu-ku

Hati, Cangkang Rapuh

Aku tak bisa menebak arah pikirku setiap kali menghembuskan napasku. Sesekali, aku membuka memori rahasiaku perihal rasa sesalku. Hati yang ku bawa tiap hari menjadi lebih berat massanya, dan tidak ku ketahui membaiknya.



Rasa sesal berupa kepingan kokoh amat dalam membekas selama lima tahunku berdiri berpijak bersama tubuh ringkih. Melewati hari tanpa tahu seberapa melelahkan untuk hidup dan menuntun langkahku agar lekas membaik serta pudarnua rasa sesalku.


Kau yang pergi begitu cepat atau kau yang juga amat lelah melewati hidup serba ketertekanan. Tak aku ketahui isi hatimu, tepatnya! Sebab, kau takkan pernah memberiku kesempatan untuk menjadi pendengar atau lidahmu keluh untuk mengutarakan pola pikirmu padaku.



Sejujurnya, dalam lima tahun terakhir aku tak pernah berani meminta agar kau lekas menemuiku. Aku tak pernah berani.



Sesekali pun kala aku sendiri, menjelang tidur pun aku teringat akan dirimu. Aku yang tak pernah baik, aku yang tak memberimu kasih secukupnya, dan aku pun menyesalinya. Kala kau harus pergi meninggalkanku tanpa sepatah katapun.


Hati ialah cangkang rapuh. Kau pun juga begitu. Banyak kesahmu tak sempat kau beritahu, begitu pula aku. Bukan kita tak berani, hanya saja tak pernah menemukan waktu yang tepat.

Continue reading Hati, Cangkang Rapuh

Lara-ku

Tepat dua puluh empat tahunku tumbuh pada tahun ini, saya ingin memercayai kembali bahwa saya pantas untuk melangkah dan berlarian bebas. 


Sejak, saya beranjak hingga usia ini pada kehidupanku; lara semakin mendekapku  dengan eratnya. Tanpa memedulikan pola pikirku.


Saya kesepian, tanpa tahu definisi sepi pada mestinya. Saya sepi berujung pada tawa yang tak pernah hidup, senyum yang tak pernah ikhlas, dan pagiku yang tak pernah baik. Saya melawan stigma bahwa saya memang tak pernah baik pada hidup sekalipun pada diriku. Begitu angkuh pada hidup yang membersamaiku sejak saya lahir hingga dua puluh empatku tumbuh.


Saya tak begitu paham. Tak paham makna hidup yang sedang saya lakoni. Apakah saya sebagai pemeran pendukung ataukah pemeran utama dalam menjalani hidup? Tak begitu paham, yang saya tahu bahwa saya memanglah hidup sejujurnya ingin melarikan diri.


Tak ada orang yang menanyaiku perihal apakah saya sedang baik-baik saja ataukah saya begitu leluasa dan bahagia pada cerita hidup ini. Nyatanya, saya tetap sendirian pada ramaiku.

Continue reading Lara-ku

Seutas Kerelawanan pada Pesisir

Menjadi salah satu fasilitator pada tahun 2018 adalah hal baru bagiku,  berdiri diantara orang-orang hebat yang saling merangkul dan mengenggam  harap adalah anugerah bagi seorang gadis kecil sepertiku. Menjadi bagian dari Kelas Inspirasi Kendari adalah sebuah pengalaman. Meskipun, belum sepenuhnya saya berdiri. Akan tetapi, mereka adalah orang terbaik diantara yang terbaik. Saya syukuri bahwa, saya menemukan sesuatu yang belum saya dapatkan yaitu sebuah keakraban yang telah saling mengisi dan mendekap penuh harap dengan mimpi luarbiasa bagi adik adik diluar sana yang butuh pelukkan kami. Saya sadari hal itu. Singkat cerita akan saya rangkai disini, dalam SENJA DAN SECUIL MIMPI. Akan kau temukan mengapa ada mimpi dalam secercah senja. Senja dalam pelosok pesisir yang kunamainya.


Menjadi fasilitator, masih hal tabu untuk saya karena hal tersebut menjadi pengalaman pertama dalam memberikan kenyamanan untuk team saya.  Saya sempat  ragu, akankah saya bisa mampu berdiri ditengah mimpi adik-adik dan inspirator yang semangatnya luarbiasa untuk berbagi? Namun perlahan ku  singkirkan segala yang ada pada pikiranku dan bangkit. Jika saya menyerah, siapa lagi yang menjadi wadah bagi sang pemimpi  kecil. Melihat senyum simpul sang adik sejak pertama kali saya jumpa mereka. Hal yang membuat saya jatuh cinta, bahkan meleleh dibuatnya. Senyum mereka! Ada cerita lucu saat itu, mendatangi sekolah yang tidak tahu dimana letak persisnya hanya bermodalkan maps dan sok tahu yang berujung salah masuk sekolah.  Selain itu, pertama kali saya kunjungi Kepala Sekolah SD 02 Kendari luarbiasa ramah dan baik, meskipun saya masih banyak kekurangannya. Namun mereka tetap merangkul kami untuk membangkitkan semangat adik-adik dalam senja yang begitu cemerlang.


Hal lain yang tidak akan saya lupakan adalah kunjungan kedua saya bertemu adik-adik. Menyapa mereka merupakan kewajiban sebab, saya salah satu gadis kecil yang begitu menyukai adik seusia mereka. Senyum manis mereka, meluluhkan hati untuk bertanya dan logat khas adik pun keluar “Kak, kenalanpi!” Tanya sang adik berwajah oriental bernama Aulia. Saya tersenyum singkat., “Sini duduk disampinngku” Ku ulurkan tangan “Namaku Kak Dewi, ayok sini duduk sama-sama.” Mereka meng-iya-kan dan kami bercengkrama. Setelah bercerita dengan mereka,  menanyai cita-cita mereka saya beralih di kelas 6 yang tak kalah excited-nya mereka menyambut kami. Dan berseru “Kak, datang lagi. Ayok kita tepuk-tepuk lagi”. Kebayang kan, bagaimana bahagianya mereka bertemu kami. Bertemu fasilitator saja mereka sudah bahagia, apalagi bertemu dengan inspirator dengan berbagai profesi. Pasti lebih bahagia dan segembira ini. Duh bangganya menjadi bagian dari mereka. Sebelum bergegas pulang, saya menyempatkan diri bercerita perihal apa saja mimpi mereka, mereka memelukku dengan harap yang bahwa ingin saya dan partnerku datang lagi bersama inspirator yang tak kalah hebatnya. Kami pamit kepada kepala sekolah, meminta izin untuk pulang dan akan kembali lagi dengan semangat baru.


Adapun tak kalah serunya, tepat saat briefing bertemu dengan inspirator dan dokumentator dengan cerita yang luar biasa dan berkesan. Meskipun formasi kami tak lengkap, bertemu dengan Kak Ayu, Kak Fera, Kak Rima dan Kak Fauqi kalian luarbiasa sekali bisa mengenal di team 10. Meskipun saya masih ragu-ragu untuk lebih banyak bercerita, lebih asik mendengar kalian bercerita mengubah mindsetku bahwa kalian akan memberi sebuah inspirasi yang tak kalah hebatnya suatu saat nanti. Kalian ternyata membuka jalan kami sebagai fasilitator untuk selangkah lebih dekat mengenal kalian, memberikan saya gambaran untuk berceritra kepada adik-adik bahwa inilah inspirator yang akan memeluk kalian dalam bermimpi nyata. I’m proud of you all guys, you’re the best team. Selepas saat itu, saya memberanikan diri untuk membuat jadwal bertemu kalian berharap semoga lengkaplah kami, namun aktivitas mereka yang menghalangi namun mereka menyempatkan diri untuk bertemu dan saling bertukar pendapat. Sungguh luarbiasa, bisa mengenal mereka. Sejak saaat itu, saya makin menyukai mereka, sebab mereka ingin member apa yang mereka miliki. Mereka team yang hebat,  mengulurkan tangannya untuk membantuku dalam mebuat keperluan adik-adik, mereka  mendengar arahan kami sbagai fasilitator mengenai kondisi adik-adik dan keadaan sekolah. Mungkin, saya menjadi salah satu fasilitator yang cerewet bagi mereka.

Mendekati Hari Inspirasi, membuatku semakin takut perihal kemampuan saya  dalam membantu mereka, menjadi wadah mereka dalam menyiapkan segala sesuatu. Menanyakan kesiapan mereka pada saat Hari Inspirasi. Membuatku getar getir, namun ku buang jauh segala yang menganggu.

Mendekati Hari Inspirasi pun tiba, hari yang sangat luarbiasa untuk saya dan inspirator yang berkunjung secara langsung ke sekolah menyapa Kepala Sekolah dan guru di SD 02 Kendari. Tahukah kamu, mengenai adik disekolah itu? Mereka mengingatku dan menyapaku “Kak Dewi. Datang lagi. Wah banyak sekali temannya Kak Dewi, Sudah tidak sabar melihat mereka” Salah satu adik yang memelukku spontan, saya ingin menangis saat itu namun ku tahan. Sebeginikah bahagianya menyambut mimpi mereka dengan segala semangat yang mengebu?

Sebelum memasuki kelas, saya dan Kak Jimly membuat arahan dan menemani mereka untuk memasuki kelas. Sungguh sambutan adik-adik sangat on fire sekali, apalagi ketika Kak Jihan meminta bantuan untuk memberi ice breaking yaitu tepuk-tepuk untuk lebih semangat menyambut pagi, mimpi yang masih butuh perjuangan dalam senja yang begitu indah dalam warna langit sore. Ku menemani sejenak Kak Jihan untuk lebih bisa mengakrabkan diri sebelum ku menyapa dikelas lain menyambut inspirator dalam memberikan semangat mimpi sang adik. Ku teringat perihal wejangan berupa, “jadilah selayaknya senja. Menyambut sang gelap dengan segala keriuhan sore, tidak pernah berhenti memberi warna selayaknnya merengkuh mimpi. Dekaplah dan gapailah, meski sulit”. Itulah yang sedang saya terapkan, ingin menjadi senja diantara mimppi yang sempat terputus atau sedang berupaya pergi.


Ku telusuri lorong demi lorong sekolah demi memantau team agar mereka nyaman, memantau jika mereka menemukan kesulitan dalam kelas. Namun, saya begitu bangga pada mereka, tetap piawai lebih dekat dalam mengakrabkan diri mengenal adik-adik. Meskipun saya tahu, mereka kewalahan. Mereka tidak menampakkan gerut lelah, namun wajah yang ceria demi adik-adik, demi secuil mimpi dalam penghujung senja di pesisir yang jauh dari keramaian. Kalian sungguh luarbiasa, meskipun hanya Kak Rahmat seorang inspirator diantara wanita cantik pemberi mimpi namun ia tak gentar loh dalam merangkul adik-adik.


Saat itulah, dimana Hari Inspirasi membuatku lebih semangat mengawali mimpi. Melihat gantungan mimpi adik yang menjulang tinggi dibalik jendela kelas, terlihat jelas saya bahagia. Saya terinspirasi dengan semangat adik-adik, tetaplah begini seterusnya. Gapailah mimpimu, dek. Jangan mundur dan majulah.  Lebih bahagianya diriku adalah, saya mennghampiri salah satu kelas, dan membuatku menangis adalah mereka memelukku sekali lagi, sambil berkata “Kak Dewi, jangan pulang. Kalau pulang minggu depan datang lagi yah kak. Fitri akan rindu sama Kak Dewi” Sambil tersedu dan tetap memelukku. Seginikah rasanya menjadi bagian dari mereka? Tanyaku.


Senja dan mimpi adalah suatu hal yang tak bisa dipisahkan. Di penghujung senja, aaada sebait do’a seseorang dalam bermimpi. Berharap kan indah, meskipun berat.






Continue reading Seutas Kerelawanan pada Pesisir

Untukmu, yang Pernah Membersamai

Untukmu, yang pernah menjadi poin terpenting dalam hidupku setahun kebelakang. 

Terimakasih, telah menyambutku dengan sukacita. Kamu, yang memberiku dekapan hangat tanpa aba-aba. Kamu, yang memberiku senyuman lebar dalam setiap iringan waktu.


Untukmu, yang pernah singgah dalam hidup meski sejenak. Terimakasih, menjadikanku sedikit lebih kuat. Kini, pijakanku sedikit kokoh dalam melangkah bersama mimpi-mimpi yang sempat patah. Terimakasih, kamu mampu menjadi pion dan landasan ketika diri saya belum mampu menerka segala cerita hidup. Tapi kamu, datang menghampiriku membantu menopang dan merekatkan kembali mimpi yang patah.


Untukmu, yang pernah singgah. Meski sejenak kita mencipta kisah, saya tahu kamu pun sama apa yang saya rasakan. Sempat terbesit bahwa, dahulu saya belum mampu menegakkan bahuku dalam mengekspresikan ketidaksukaanku, belum mampu mengambarkan seisi hatiku, dan masih banyak hati yang retak belum tersembuhkan. Namun, kamu tetap saja memaksaku untuk sedikit lebih ego dalam menjelaskan isi hati bahkan pikiranku pun. Kamu yang perlahan memungut segala retakan yang ada disekelilingku meski kamu terlampau lelah dengan pola hidup yang sama.


Maaf, dan terimakasih.

Maaf aku sekarang lebih penakut perihal diri.


Terimakasih telah datang menghampiriku dan mendekapku saat ada rasa ketakutan serta kecemasan yang ada padaku.


Jika dilain waktu kita bertemu, aku hanya sekedar menyapamu dan memelukmu lagi.

Continue reading Untukmu, yang Pernah Membersamai