[ REVIEW ] Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah

 




Buku ini ditulis oleh Kwon Ra-bin lalu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Buku Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah terdiri dari 4 bagian, diantaranya : 1) Kebahagiaanku lebih berharga daripada apapun, 2) untukmu yang menghadapi sulitnya kehidupan, 3) jika kau tidak tahu alasan kita berpisah, dan 4) pada akhirnya kita akan jatuh cinta lagi. 


Dari sudut pandang saya, isi buku ini menarik serta ilustrasi yang dikemas cukup baik berdasarkan kisahnya. Buku ini memiliki kesan yang baik bagi saya. Mengapa? Bagi orang lain, ada dari mereka yang pulang ke rumah namun tidak menemukan kehangatan. Rumah yang mereka tempati layaknya tempat singgah dan asing. Ada perasaan tidak nyaman saat kita saling beradu pada "rumah" tersebut.


Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis. Layaknya sebuah diary yang ingin disampaikan oleh penulisnya bahwa kita tak sendirian yang merasakan perihal rasa tak nyaman tersebut. Rumah yang semestinya hangat namun terasa sepi. Pada bagian 1 dan 2 bagi saya relateable buat diri sendiri, sebab kita diajak untuk lebih jujur dan mengakui perasaan kita. Perasaan yang campur aduk, ketidaksukaan, amarah, sedih, dan segala emosi yang telah satu padu hingga menumpuk di pelupuk hati.


"Tidak apa-apa. Ini bukan tentang masalah siapa yang lebih sulit. Masalah apapun itu sudah cukup membuat kita menderita. Aku sepenuhnya memahami kesulitanmu." (Page 36)


Dari kutipan diatas, kita diberi sebuah lesson bahwa jangan pernah membandingkan kesulitan dengan orang lain. Mengapa? Sebab, kita memiliki porsi kesulitan yang berbeda dan orang lain memiliki bebannya sendiri. Lalu, untuk mengatasi hal tersebut tidak apa-apa kita sejenak untuk melarikan diri. Bukan untuk menghindar melainkan menenangkan perasaan tak nyaman pada hati sebab hidup terus berputar untuk menciptakan hidup dengan perasaan yang lebih hangat.  Kisah bisa kembali kapan saja setelah merasa siap dan menjadi lebih kuat dalam penerimaan hidup. 





Kendari, 4 Januari 2021

Continue reading [ REVIEW ] Aku Ingin Pulang meski Sudah di Rumah

Side of Mine : Proses Baik

 

source : pinterest



Kapan kita berterima kasih pada proses?

Kapan kita memeluk diri sendiri?

atau

Sudahkah kita menguatkan diri?

Sejatinya, kita luput daripada hal-hal tersebut hingga pada akhirnya melewatkan hal baik yang ada pada diri sendiri. Terpacu pada kesuksesan lalu melepas kegagalan. Bukankah sebuah kegagalan ialah proses yang baik tuk berbenah diri?

Bukan. Bukan untuk gagal dalam setiap waktu. Namun, kegagalan tak pernah lari dari hidup kita. Kegagalan tuk berproses dengan baik dalam penerimaan diri. Kita adalah manusia. Berhak menerima luka-luka. 

Tak apa.

Luka juga mengajak kita bertumbuh. Bertumbuh dengan seiringnya waktu dan mulai memahami diri dengan sebaik-baiknya.

Lalu, kita kan merindukan perasaan hangat yang membuat kita lekas membaik.
Tanpa adanya prasangka aneh.
Tepatnya, kita perlahan memiliki senyum lepas.

Kendari, 3 Januari 2022



Continue reading Side of Mine : Proses Baik

Side of My Life

 



Salah satu bagian dalam buku "Aku Bukannya Menyerah. Hanya Sedang Lelah" oleh Geulbaewoo.


Nyaris dua puluh lima dalam tahun ini membuatku semakin menjauh dari sekitarku. Bukan untuk menutup diri, hanya saja saya sedang dalam fase pencarian diri. Apa yang saya butuhkan pada usiaku saat ini. Dikala mereka sedang penuh tawa, saya sendirian menyembuh lukaku. Banyak beban yang tak berani ku bicarakan dari hati ke hati.


Lebih tepatnya, aku sedang lelah. Lelah pada rutinitasku yang secara berulang serta pikiran yang beradu pikir dalam otak. 


"Apa yang harus saya lakukan?"


"Haruskah saya melarikan diri?"


"Apa benar yang saya lakukan sekarang?"


"Apakah dia tak tersinggung oleh ucapanku?"


Mencoba tak berteriak, tak menangisi, dan melawan apa yang ada dalam pikirku. Saya sedang menahan semuanya sendirian. Menahan untuk tak bersikap berlebihan. Tak menunjukkan ketidaksukaanku, ketidakterimaanku, kesedihaanku, dan banyak hal lain.



Saya hanya lelah berdiri pada satu kakiku sedang bahuku saling menyusut. Semakin menumpuk rintik mataku dipelupuk, semakin caos pula hatiku. Saya sedang tak baik-baik saja, namun saya bisa apa. Saya semestinya lebih kuat berdiri. Menguatkan hati, menguatkan diri, dan melakukannya sendirian.

Continue reading Side of My Life