Ulasan Buku Beauty of Trauma

 


Finally!

Tugasku selesai menyelesaikan buku, ini.

Beauty of Trauma
Score 4/5

Buku ini juga membahas secara detail tentang luka dan trauma serta ego manusia sendiri. Namun, buku ini bagiku agak berat untuk saya, sebab adanya pengulangan pembahasan serta buku ini juga mengambil pembahasan mengenai mitologi yunani yang relate terhadap psikologi yang dapat kita nikmati. Saranku, buku ini dibaca dengan pelan dan santai agar dapat kita pahami dengan sebaik mungkin.

Yeoul mengajak kita untuk jujur dengan luka yang kita miliki, mencintai apa adanya luka agar tak menjadi trauma yang mendalam. Tak perlu takut untuk luka yang sedang ada pada diri sendiri, sebab luka-lah yang membuat kita mengenali secara mendalam dan mengajak berdamai innerchild yang sedang menangis dalam diri kita.

Yeoul juga menyertakan pertanyaan disetiap pembahasan agar kita mengajak bercerita dan mengingat dengan baik apa yang ada dalam diri sendiri, lebih tepatnya mengenal diri dengan lebih luas sehingga kita bisa merangkul dan mencintai diri sendiri. Aku adalah aku, akulah yang bisa menyembuhkan luka itu. Akulah yang bisa mengajak dengan innerchildku dan berkelana lebih jauh.

Bagiku, Beauty of Trauma adalah bagaimana kita mampu mengajak luka yang ada dalam innerchild untuk paham dan lebih berdamai, belajar dan memahami luka agar tak menjadi sebuah trauma yang tak berkesudahan. Luka bukan hanya pulih oleh waktu, namun pulih dengan power kita dan konsisten untuk mengajak innerchild untuk tumbuh agar kita tahu titik luka itu.





Continue reading Ulasan Buku Beauty of Trauma

Review Hidup Apa Adanya

 


Buku ini saya temukan disalah satu rekomendasi instagram, lalu saya agak tersentil dengan judul buku tersebut. Hidup apa adanya, yah apa adanya. Tidak perlu berlarut oleh hidup yang terus ada apanya. Kim Suhyun ingin mengajak kita untuk lebih mengenal diri sendiri melalui tulisan ini yang sedang mencari "jati diri" atau "apa yang ingin kita lakukan oleh diri kita".


Buku ini kita diberi gambaran bahwa kita harus lebih peka terhadap diri sendiri. Bukan sekadar buru-buru atau balapan dengan yang lain, namun slow down dan menikmati alur proses pada diri sendiri. Menciptakan batasan tertentu, namun masih bisa berbaur dalam lingkung sosial.


Singkatnya, buku ini memiliki pesan hangat yang ingin disampaikan oleh Kim Suhyun, dan relate bagi yang sedang mencari-cari apa yang ingin temukan. Hidup untuk menghormati diri sendiri, kita diajak untuk mengapresiasi sgala pencapaian  tanpa membandingan dengan orang lain. Lebih bangga menjalani hidup meskipun biasa-biasa saja. Toh, kita akan spesial diwaktu yang tepat. 


Be your self. Penulis mengajak kita untuk mengetahui harga diri kita sendiri. Dengan membentuk segala kemantapan agar bisa mengatasi masalah dan melindungi diri sendiri. Menjalani hidup dengan apa adanya tanpa persepsi orang lain, menjalani hidup untuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain. Itulah harga diri kita sendiri, kita ciptakan.


Lalu, tentukan standar kebahagianmu sendiri. Kebahagiaan bukan tujuan akhir dalam hidup, namun kebahagiaan tersebut memberi kita cara untuk ikhlas, mencintai kelemahan diri sendiri, memaafkan masalalu, dan bersikap dewasa. Hakikatnya, Kim Suhyun ingin kita menemukan standar kebahagiaan kita setiap hari dan belajar.



Kim Suhyun ingin kita tidak terlalu banyak menuntut pada diri sendiri. Apalagi hal ini relate bagi muda-mudi yang sedang kebingungan menemukan arah jalannya dan terkendala oleh tuntutan sosial. Namun, saya belajar untuk dapat menemukan harga diri saya sendiri tepatnya seberapa berharganya saya. Saya berharga karna diri saya sendiri, saya yang berpijak oleh kekuatan sendiri.

Continue reading Review Hidup Apa Adanya

Merelakan, Melepaskan Utuh

 Lalu,

Ketika kau tiba pada satu titik

Diantara langit terang dan malam

Kau siap bertaruh

Bahwa hidupmu, tak lagi sama

Kamu tahu persis.


Kamu selayaknya pion yang utuh,

Mudah retak tak beraturan. 

Hatimu dipatahkan oleh cintamu. 

Tanpa sadar, tanpa kau tahu.

Ramai suara penonton begitu riangnya,

sedang hatimu yang patah.

Kamu tunggu apa lagi setelah hatimu retak, patah?

Memilih untuk menetap atau melepas.



- Pada akhirnya, aku menyerah.  Pada langkahku yang mendiami hatiku yang penuh tanda tanya –

Continue reading Merelakan, Melepaskan Utuh