Review Singkat Drama Our Beloved Summer

 


Drama : Our Beloved Summer

Eps : 16

Score : 9/10



Drama ini ringan namun memiliki cerita yang manis dan hangat, sehangat musim panas seperti judul dramanya. Drama yang menurutku realistis seputar percintaan anak muda, karakter developmentnya yang pas, dan dinamika ceritanya yang saling mendukung.

Ini highly recommended and then I'll give short reviews:

1. Hangatnya kekeluargaan Ung. Hingga merangkul bahu Ji Ung yang butuh adanya pelukkan keluarga.

2. Perlunya komunikasi antar dua arah.

3. Karakter Kook Yeon Seo dan Choi Ung menjadi sandaran satu sama lain ketika hidup tak lagi baik-baik.

4. Jika kalian bertanya mengapa visual yang setiap digambar oleh Ung tak memiliki nyawa, monoton, nampak sepi? Itu adalah trauma yang dimiliki oleh Ung. Takut ditinggalkan lagi oleh orang terdekatnya sebab dari itu ia amat bergantung pada Yeon Seo.


Dari apa yang telah saya amati pada point ketiga dan keempat, karakternya memiliki trauma masing-masing. Adalah takut untuk kehilangan dan ditinggalkan tanpa alasan dan ini pula menjadi cerita yang memeluk dengan hangat tentang trauma tersebut. Menjadi sandaran satu sama lain dan tanpa menyela sedikit pun.





#ourbelovedsummer #reviewdrama #reviewkdrama #koreadrama #choiwooshik #kimdami #dramakorea #fyp #kdramaupdates #dramakorea

Continue reading Review Singkat Drama Our Beloved Summer

[ REVIEW DRAMA ] YUMI'S CELL

 


Rate 4.8/5

Drama Yumi's Cell

Kali ini, saya memberi review mengenai drama Yumi's Cell. Ini menurut penjabaranku tentang drama ini yang telah saya tonton. Karakter development antar pemain juga dalam drama ini bagus dan baik.

1. Komunikasi itu sangat penting.


Pada musim pertama, mengambarkan cerita cinta Woong dan Yumi yang dikemas dengan baik. Hal itu dapat digambarkan pada sel cinta Yumi. Namun, komunikasi antar keduanya kurang hingga terciptanya hubungan yang asing antar keduanya. Maka dari itu Sel Cinta yang membawa sebuah pinata yang sewaktu-waktu dapat menjadi bom untuk hubungan mereka.


Woong yang merasa khawatir jika memberitahu beban yang ada pada hatinya akan menganggu Yumi dan membuatnya menjauh sehingga menimbulkan kesalahpahaman antar keduanya.


Dari itu, perlunya kompromi yang sangat baik untuk membangun sebuah hubungan dengan orang lain.


2. Prioritaskanlah kebahagianmu lebih dulu.


Nah, dari hubungan Woong dan Yumi kita dapat melihat perbedaannya. Yumi yang selalu memprioritaskan pasangannya hingga lupa akan ketenangan dan kebahagiaannya membuatnya dalam krisis kepercayaan diri yang rendah. 

"Apakah dia menyukaiku? 

"Ada apa dengannya?"

"Apakah dia marah padaku?"


Sedangkan Woong ialah sosok yang memprioritaskan dirinya sendiri lalu pasangannya. Dapat dilihat dari komunikasi antar keduanya, Woong yang sangat bodo amat perihal pasangannya tanpa meminta pendapat apapun itu.


Ada salah satu Sel mengatakan seperti ini;


"Woong bukanlah pemeran utama dalam hidupmu. Tak ada sosok untuk mengisi peran tersebut. Hanya ada satu orang yang bisa mengisi peran tersebut."



Diri kitalah yang menjadi pemeran utama dalam kehidupan kita sendiri. Maka, prioritaskanlah kebahagiaan kita terlebih dahulu lalu fokus memberi cinta pada orang lain.  


3. Kita belajar untuk menghargai diri.


Drama ini mengajak penonton untuk lebih memahami kinerja sel yang ada pada diri kita sendiri. Dari penjabaran sel tersebut terasa lebih ringan dan mudah dipahami. Mengapa? Sel-sel tersebu sangat relate dengan kehidupan kita seperti saat Yumi sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Maka, Sel Pura-Pura pun memamerkan aksinya dengan memberikan senyum bahagia tuk menutupi perasaannya yang tak sedang tak baik-baik saja.


Jadi, drama ini memberikan kita sebuah pembelajaran tuk menghargai diri sendiri sendiri. Sebab, hanya diri kitalah yang menguatkannya. Tapi, drama ini pula kita belajar memahami emosi bahwa memang kita dapat mengukur seberapa besar emosi tersebut.

Continue reading [ REVIEW DRAMA ] YUMI'S CELL

Untukmu, Rumah Kedua!

 



Berawal dari rasa penasaran perihal volunteer membuat saya makin menggebu. Pada akhirnya, membuatku nekat untuk mendaftarkan diri pada salah satu komunitas terkemuka di kotaku kala itu. Kenekatan yang membawaku menemukan rumah kedua yang kunamai Rumah singgah.


Rumah singgah bukan hanya pelarian sementara namun pelarian selamanya, yang membuatku belajar perihal hidup, solidaritas, memaafkan, dan memahami diri sendiri. Sebuah kenekatan yang kini membersamaiku dalam 4 tahun terakhir ini. Rumah singgah yang menyambutku pulang adalah Gerakan Kendari Mengajar.


Gerakan Kendari Mengajar merupakan salah satu komunitas yang berbasis pendidikan di Kota Kendari. Terdiri dari berbagai watak dan karakter yang berbeda, namun satu yang saya sukai bahwa kekeluargaan yang terjalin begitu kental dan hangatnya.


Kamu tahu? Saya salah satu anak yang kurang bergaul, namun disini pula saya mulai membersamaiku. Perlahan melepas ikatan diri dan menata kembali hidup yang sempat ragu. Mereka menyambutku dengan luarbiasa.


Adapun momen yang saya sukai adalah pertama kalinya menjadi guru disalah satu sekolah di Nanga-Nanga. Akses kesana pun terbilang cukup sulit, dikarenakan jalan yang belum diaspal tapi sudah lumayan daripada awal pertama kali GKM mengajar disana. Disana pula, saya terlatih dan tertantang oleh setiap karakter anak yang berbeda. Meskipun, belum semua kegiatan GKM saya turut serta namun mereka membuatku belajar bahwa semua tidak ada yang tak mungkin.


Ketika saya mulai menjauh dan jenuh, mereka berusaha mendekat. Ketika saya mulai kembali pada sudut kamar pengapku, mereka mendekat dan bertanya perihal diriku.


Ah, ada satu momen lagi yang membuatku malu tapi pertama kalinya sisi lainku terungkap. Apakah itu? Yap, membaca puisi tanpa aba-aba, tanpa secarik kertas, dan tanpa pikir panjang. Membaca puisi pertama kalinya ketika wawancara relawan baru, tapi saya syukuri dikarenakan saya mulai memupuk takutku perlahan.


Rumah singgah. Tak banyak kiranya saya berbuat aksi nyata, namun dalam hal ini saya syukuri menjadi bagian dari kalian adalah awal saya beranjak.


Continue reading Untukmu, Rumah Kedua!