Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?



Buku self improvment oleh Pijar Psikolog skala 8/10. Berjudul Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?



Buku ini disajikan secara runut dan ringan. Meskipun dibahas oleh beberapa penulis dari segi psikolog namun tak tumpah tindih, isinya mudah dipahami bagi yang awam mengenai bahasa psikolog.


Pada dasarnya, buku ini memberi gambaran singkat yang saya dapatkan perihal luka batin yang di miliki oleh setiap orang. Luka batin tak sembuh begitu saja. Untuk menuju baik-baik saja pun kita membutuhkan banyak tenaga, waktu, komitmen kuat bahkan biaya. Tak semudah itu, kita perlu usaha besar dalam menyembuhkan akarnya.


Saya belajar bahwa luka batin kita memang tak semudah itu saja untuk sembuh dan tumbuh lebih kuat. Banyak yang diperlukan untuk menata secara perlahan dengan baik dan memahami metode atau langkah kita untuk menyembuhkan luka batin dengan tepat salah satunya adalah sesi konseling atau ke ahlinya. Untuk menuju kearah yang lebih kuat dalam menemukan akarnya hingga kita memahami luka yang ada pada diri sendiri. 



Insight yang saya dapatkan dari buku ini ialah menentukan batasan diri saya sendiri. Saya perlu mengontrol diri saya dengan menerima apa adanya dengan sepenuh hati. Saya perlu berhenti untuk menyusahkan diri dengan mengatakan "iya" namun secara terpaksa. Saya pun perlu belajar untuk beristirahat, belajar untuk berhenti, dan jujur pada diri sendiri jika saja tak mampu. 


"Karena siapa lagi yang akan melindungi diri selain diri kita sendiri? Menjadi yang terbaik bukan berarti mengesampingkan sisi-sisi manusia dalam diri kita yang tentunya memiliki kapasitas yang terbatas" Page 161. 


Buku ini membumikan kita untuk lebih tahu mengenai luka batin dan trauma yang sebelumnya dianggap sepele untuk lebih aware dan menguatkan orang-orang yang mengalaminya. 

Continue reading Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin?

Perihal Pesan Untukku


source : pinterest





Perihal Pesan Untukku


Apa kabarmu?

Aku merasa hampa,

pada keheninganku.

Ingin menangis dalam dekapku.


Menenangkan diri,

pada pesan singkat untukku.


Padaku, langkahku.

Aku menemukan diriku pada masa itu.

Sulit sekadar berlarian pada jalan cerahku,

memaksaku tersenyum.



Apa yang aku kejar?

Tenang atas diriku?

Tenang atas senyum bagimu?






Kendari, 12 November 2021


Continue reading Perihal Pesan Untukku

Si Gadis Penyelaras



source : pinterest





        Perkenalkan nama saya Wiwi. Saya adalah salah satu gadis yang tumbuh dengan baik tetapi penuh kekurangan namun memiliki seutas mimpi. Kau tahu saya tumbuh dalam kasih tak terbatas oleh kedua orang tuaku? Tentunya, saya tumbuh dengan kasih dan sayang tak terbatas olehnya ialah patut saya syukuri hingga usiaku mencapai duapuluhempat tahun.


        Pada dasarnya, orang tua ingin memberikan hal terbaik dan epik untuk tumbuh kembang sang anak. Mencukupi akses pendidikan formal dan non-formal, rumah untuk bernaung, segelas teh hangat dan sesuap nasi penyambung hidup kala hidup tak sedang baik saja.


        Orang tua pun semestinya memiliki dasar kuat perihal kesehatan mental dalam pernikahan, membangun sebuah keluarga yang di nahkodai oleh kepala keluarga, serta nilai religius agar semakin mempererat antar anggota keluarganya. Tapi, apakah kamu tahu sejatinya sang anak ingin diberi sebuah kepercayaan dan kebebasan untuk memilih? dalam artian, orang tua memberikan akses untuk anak mengeksplore seluruh langkahnya dalam menemukan gambaran dan tanggung jawab dalam hidupnya. Serta pilihan-pilihan yang akan hidup agar tak menjadi peragu dan tak bergantungan pada orang tua.


        Hal ini yang sedang saya rasakan. Seorang anak pertama dari tiga bersaudara, seorang gadis duapuluhempat. Belum menemukan impiannya dan meragukan segala akses yang ada padanya. Tak pernah diberi tanggung jawab atas hidupnya untuk memilih langkah kakinya berpijak serta tak adanya kepercayaan untuk menjadi dirinya sendiri. Kau butuh contoh? Salah satunya ialah pemberian waktu dan izin yang susah didapatkan hingga aku sadar bahwa untuk menemukan pijakan lebih jauh serta menemukan hatiku berlabuh masih saja ada batasan.


        Saya hanyalah Wiwi yang ingin menjadi layaknya kupu-kupu terbang indah. Memberi sejuta positif dalam hidup salah satunya pendidikan bagi anak-anak serta mengawali tumbuh kembang mereka. Aku yang telah menemukan sedikit sukmaku menjadi seorang sukarelawan pendidik namun dibatasi oleh aturan tak kepercayaan dari orang tua. Hingga membuatku takut berkata jujur pada diri sendiri dan orang lain, sulit menyampaikan masalah dan mimpi yang ingin aku bangun.


        Di sini yang ingin aku sampaikan bahwa, kapasitas orang tua ialah memberi nilai dasar agama diarungi bersama pijakan positif dimana mimpinya saling beriringan. Tanpa adanya kekangan yang membuat anak menjadi peragu dan sulit menyampaikan keluh kesahnya. Orang tua beranggapan bahwa pilihan bagi anak ialah tindakan tepat tanpa disadari orang tua mengekang anak.


        Saya hanyalah anak dari orang tuaku yang ingin diberi kepercayaan tanpa dibatasi untuk melakukan hal positif. Menemukan hal baik menjadi seorang manusia dalam memberikan pengaruh positif sepanjang hidupnya.




Kendari, 6 November 2021

Continue reading Si Gadis Penyelaras