Funiculi Funicula: Before the Coffee Gets Cold
Toshikazu Kawaguchi | Gramedia Pustaka Utama | 224 hlm
Tak Akan Mengubah Takdir, Tapi Cukup untuk Memahami
Bayangkan kamu duduk di sebuah kafe kecil, agak tersembunyi di gang sempit. Lampunya temaram, aromanya wangi kopi yang baru diseduh. Di pojok ruangan, ada kursi kosong—konon katanya, kalau kamu duduk di situ, kamu bisa kembali ke masa lalu.
Tapi ada syaratnya: kopimu harus habis sebelum dingin. Kalau tidak… kamu akan terjebak di masa lalu selamanya.
Di kafe ini, kita akan bertemu empat orang dengan cerita berbeda. Ada pasangan kekasih yang ingin memperbaiki kesalahpahaman, suami-istri yang menyimpan luka diam-diam, kakak dan adik yang saling menjauh, hingga seorang ibu yang rela menembus waktu demi melihat bayinya lahir.
Lucunya, mereka semua tahu satu hal: meski kembali ke masa lalu, kenyataan tidak akan berubah. Orang yang pergi, tetap akan pergi. Perpisahan, tetap akan terjadi. Tapi anehnya… mereka tetap ingin melakukannya.
Kenapa?
Karena kadang, yang kita butuhkan bukanlah mengubah takdir, melainkan memahami. Satu momen tatapan mata, satu kalimat yang tak sempat diucapkan, satu pelukan terakhir—itu sudah cukup untuk membuat hati lebih tenang.
Bagian yang paling bikin hati hangat adalah kisah sang ibu yang datang dari masa lalu demi menyambut kelahiran anaknya di masa depan. Ada keberanian di sana. Ada cinta yang begitu dalam. Ada harapan yang tidak bisa dihentikan oleh batas waktu.
Dan di akhir, setiap tokoh pulang dengan hati yang sedikit lebih kuat. Mereka belajar melepaskan, mencintai dengan lebih tulus, dan menghargai waktu yang masih mereka punya. Karena, pada akhirnya, hidup memang bukan tentang mengubah masa lalu—tapi berdamai dengannya.
Jadi… kalau kamu punya kesempatan duduk di kursi itu, siapa yang ingin kamu temui?
0 comments:
Posting Komentar