,

Memanusiakan Diri Sendiri: Pelajaran Sederhana yang Sering Terlupa

 ✨ Memanusiakan Diri Sendiri: Pelajaran Sederhana yang Sering Terlupa


Manusia, secara alami, adalah makhluk sosial. Kita tumbuh dalam lingkungan yang menuntut kita untuk peka terhadap sekitar, membaca situasi, dan memenuhi ekspektasi orang lain. Tapi, dalam kepekaan itu, kita sering kali lupa satu hal penting: memanusiakan diri sendiri.


Aku sendiri pernah (dan mungkin masih) mengabaikan luka-luka kecil yang tak pernah sempat benar-benar sembuh. Aku sering memendam emosi, menunda tangis, dan berpura-pura kuat, seolah aku baik-baik saja. Ya, memanusiakan orang lain itu mulia—tapi bagaimana jika kita sendiri tidak pernah memberi ruang untuk diri sendiri merasa cukup, merasa layak, merasa utuh?


Menurut Kristin Neff, seorang peneliti di University of Texas, self-compassion atau belas kasih terhadap diri sendiri adalah kunci. Ia berkata, “Perlakukan dirimu sebagaimana engkau memperlakukan sahabat baikmu di saat ia sedang terluka.” Sering kali, kita lupa bahwa kita pun butuh pelukan, walau hanya dari diri sendiri.


Aku mulai belajar hal itu dari hal-hal sederhana. Bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana kabarmu hari ini?” Aku mulai berdialog dengan inner child-ku—anak kecil dalam diriku yang dulu sering merasa sendiri dan tak dipedulikan. Aku belajar memberi ruang untuk lelah, mengizinkan diriku bernapas, bahkan menangis tanpa merasa lemah.


Tara Brach, seorang psikolog klinis, menyebut ini sebagai radical acceptance—penerimaan total terhadap diri sendiri, tanpa syarat. Bahwa perasaan tidak harus diselesaikan saat itu juga, cukup diakui dan diberi tempat.


Aku juga sadar, mencintai diri bukan berarti menjadi egois. Tapi, mencintai diri juga ada batasnya. Carl Rogers, tokoh psikologi humanistik, pernah mengatakan: “Paradox-nya adalah, ketika aku bisa menerima diriku apa adanya, saat itulah aku mulai berubah.” Jadi, mencintai diri itu perlu—secukupnya, sewajarnya, dan dengan kesadaran penuh.


Dan yang paling menyentuh bagiku, adalah belajar berterima kasih dan meminta maaf pada diri sendiri. “Maaf ya, sudah membuatmu terlalu keras bertahan sendirian. Terima kasih, sudah tetap berjalan sejauh ini.”


Di tengah dunia yang sibuk menyuruh kita berlari, kita boleh mengambil waktu untuk berhenti. Boleh menarik napas dan bertanya dengan tulus: “Apa kabarmu hari ini?”


Karena sejatinya, memanusiakan diri sendiri bukan kemewahan. Ia adalah kebutuhan. Dan kabar baiknya: kita bisa memulainya kapan saja, termasuk hari ini.



---


Sumber: 

Self-Compassion: The Proven Power of Being Kind to Yourself (2011)

Radical Acceptance: Embracing Your Life With the Heart of a Buddha (2003)

The Gifts of Imperfection (2010)

Wherever You Go, There You Are (1994)

0 comments:

Posting Komentar