Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap – Perjalanan Emosional Bersama Toshikazu Kawaguchi

Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap – Perjalanan Emosional Bersama Toshikazu Kawaguchi


Bagi para pecinta kisah yang hangat dan penuh renungan, Toshikazu Kawaguchi kembali hadir dengan novel Funiculi Funicula: Kisah-Kisah yang Baru Terungkap (Gramedia Pustaka Utama, 200 hlm). Sekilas, novel ini tampak sederhana, namun di balik setiap halamannya tersimpan cerita-cerita yang mengaduk perasaan—tentang cinta, penyesalan, harapan, dan cara manusia berdamai dengan masa lalu.


Empat Kisah, Satu Benang Merah


Novel ini terbagi menjadi empat bagian, masing-masing menghadirkan tokoh yang berbeda, namun semuanya terhubung melalui satu premis magis: sebuah perjalanan singkat ke masa lalu lewat secangkir kopi di kafe kecil bernama Funiculi Funicula.

Tapi ada satu aturan penting—perjalanan itu bukan untuk mengubah masa lalu. Tujuannya adalah untuk memahami, menerima, dan menyembuhkan hati.


Kutipan yang Menyentuh Hati


Salah satu bagian paling membekas ada pada halaman 101:


“Kasih sayang orangtua terhadap anaknya tiada habisnya, dan bagi orangtua, anak mereka tetaplah anak-anak tak peduli usianya. Perasaan itu tidak berubah.”



Kawaguchi mengemas pernyataan ini dengan begitu tulus. Di balik kesederhanaannya, tersimpan kekuatan emosional yang mengingatkan kita bahwa hubungan orangtua dan anak adalah sesuatu yang tak lekang waktu—penuh kasih, meski kadang tak terucap.


Dengan gaya bahasa yang lembut dan reflektif, Kawaguchi tak hanya mengajak pembaca mengikuti alur cerita, tetapi juga mendorong mereka untuk merenung. Kita diajak melihat betapa pentingnya menghargai keberadaan orang-orang terdekat, mengungkapkan perasaan selagi bisa, dan menumbuhkan keikhlasan atas luka yang pernah ada.


Funiculi Funicula bukan hanya bacaan pengisi waktu luang. Ia adalah cermin kehidupan—mengingatkan kita akan arti komunikasi, kehangatan, dan kesempatan kedua (meski hanya dalam hati).

Novel ini akan meninggalkan rasa hangat, bahkan setelah halaman terakhir ditutup. Cocok bagi siapa pun yang pernah merasakan kehilangan, kerinduan, atau cinta yang tak sempat terucap.


0 comments:

Posting Komentar