Dear 26

Dear 26


You are the one I always love and appreciate with all my heart. You, who I always proud of with great joy. You are the one I fought so hard to grow against your world.

I want to tell everyone that you have been really strong so far. Never complain about the turmoil of your thoughts. You are the one who slowly holds back and accepts yourself as you are. Truly.

You are the one who shines more than anything else. You are you who deserve to be loved and accepted by anyone. No one has the right to judge you. Even though the world turns away from you, you are still firm and strong. No one can understand other than you. You have to live for yourself, giving thanks that you have learned and lived to grow in His love.

A journey in chapter 26. Open your eyes that life is like a roller coaster, never easy. Having met 26, may you courageful to discover new things and carry out your plans that have yet to be realized.


Regards,


Your best







Continue reading Dear 26

Mixed of Feeling

I'm kind of tired. Everyone has deep worries. When I come to home, I did not find comfort and had mixed emotions. It's really tiring to have this kind of feeling. 


I'm trying to understand everything. I have to understand how my parents feel, I position myself as a child, and force myself to grow up faster as the eldest child. I don't know my parents feelings, maybe they got hurt because of me, I guessed. And, it hurts me to grow up like this too. Sometimes, I have thought that I would choose to die and hurt my worthless self.


However, sometimes I understand the feelings of those who are super tired of everything.

Continue reading Mixed of Feeling

Untuk Kamu

Halo kamu.


Mengapa langkahmu kini mulai meragu?


Sejak kapan kamu bahumu mulai mengendur?


Apakah langkah kakimu tlah kuat?


Sudah siapkah saya mulai bertumbuh kembali?


Banyaknya tanya yang sedang beradu pada pola pikirku kini menganggu. Banyaknya tanya sedang meroket kembali. Bertanya pada diriku sendiri bahwa dapatkah saya melakukannya sendirian, tanpa merepotkan siapapun itu.  Sejak kapan saya meragu perihal hal yang saya lakukan. Bukan tuk orang lain melainkan untuk membentuk diri. Saya perlahan-lahan mulai membangkitkan gairah tuk bertumbuh dan memantaskan diri kelak saya mampu mengarungi duniaku yang lebih luas. Agar langkahku lebih bebas berlarian dan menuju masaku. Pada titik terakhirku.


"Apakah saya mulai meraba perasaanku?" Tanyamu.


Yah. Saya mulai seberani itu. Perasaan takut, menyalahkan diri, dan melarikan diri kini memudar seiring saya menyembuhkan luka dan perasaanku.


"Waktu menyembuhkan segalanya, kan?"


Tidak. Bukan waktu yang menyembuhkan, namun seberapa besar tekadku untuk melawan rasa itu. Rasa prasangka negatif, luka-luka, rasa bersalah pada diriku sendiri, dan banyak hal menjadi sebuah pembelajaran berharga untuk lebih berani.


"Berani pada siapa?"


Berani pada diriku sendiri dimasa depan kelak dan pada siapapun yang ingin mencercaku.


Terakhir;


"Tak apa. Jika sudah waktunya kamu memantaskan diri serta mencoba kuat bertumbuh. Maka, harapan yang kau ucapkan kan melangit dengan sebaik-baiknya". Ujarmu padaku. 

Continue reading Untuk Kamu

Hi, Niscala Kara

Before moving on, I want you to get to know me a little closer. I want you to understand me even though you never met me.

Niscala Kara.

A name that I gave to my social media page. Niscala in Sanskrit means strong and firm. Meanwhile, in Greek niscala means victory. Kara also has the meaning of a ray of light.

I want to be a niscala kara that grows strong, tough, and never gives up on anything. Grown and shone the brightest in my life.

Niscala Kara is one of the platforms that I want to dedicate to the steps of my life, self-healing, and even become my place to tell stories. If only I wanted to give up and never find my light again. I also want to support you and whoever it is to shine the brightest, hug you the warmest, and listen to you in silence. I want you to be stronger and tougher on your world.





Kendari, Southeast Sulawesi
March 30th, 2023
Continue reading Hi, Niscala Kara

Hei, Niscala Kara

Sebelum melangkah lebih jauh, aku ingin kamu mengenalku sedikit lebih dekat. Aku yang ingin kamu memahamiku meski kamu tak pernah menemuiku.

Niscala Kara

Sebuah nama yang aku berikan  pada laman sosial mediaku. Niscala dalam bahasa Sansekerta adalah kuat dan kokoh. Sedangkan, dalam bahasa Yunani niscala bermakna kemenangan. Kara pun memilki makna sinar cahaya.

Aku ingin menjadi niscala kara yang tumbuh kokoh, tangguh, dan tak pernah menyerah pada apapun itu. Tumbuh kuat dan bersinar paling terang diantara hidupku.

Niscala Kara menjadi salah satu platform yang ingin ku dedikasikan pada langkah-langkah hidupku, self healing, bahkan menjadi tempatku untuk bercerita. Jika saja aku ingin menyerah dan tak menemukan sinarku lagi. Aku pun ingin mendukung kamu dan siapapun itu untuk bersinar paling terang, memelukmu paling hangat, dan mendengarkanmu dengan tenang. Aku ingin kamu lebih kuat dan tangguh pada duniamu.

Continue reading Hei, Niscala Kara

Gimana Kabar Kamu?

Gimana harimu?

Kamu bahagia, gak?

Semuanya baik-baik saja atau terasa berat?

Apa sih yang kamu kejar?

Ekspektasi tinggi dan pengakuan orang lain?

Sudahkah kamu menghargai dirimu?

Pernahkah kamu berterima kasih pada dirimu?


Ayolah, tidak apa-apa untuk sesekali lebih lambat dari orang lain. Kamu dapat melaju lebih tinggi pada waktu yang tepat sesuai kapasitasmu. Tidak ada yang salah, dan segalanya butuh proses belajar. Kita manusia pembelajar, dan selamanya akan butuh belajar pada apapun itu termasuk belajar memahami diri sendiri.


Pernahkah kamu berdialog dengan hatimu?

Atau menghakimi dirimu sebab tak sesuai standar?


Ayolah. Kamu tidak perlu menghakimi dirimu. Kamu adalah seseorang yang perlu kamu cintai dengan segenap hati. Kamu adalah orang yang mengerti dirimu sendiri bukan siapapun itu. Rasa sakitmu, bahagiamu, bahkan sgala emosi yang sedang kamu rasakan saat itu juga.



Sudahkah kamu memberi jeda pada dirimu sendiri?

Jeda hubunganmu dengan orang lain?

Pada telepon selulermu?


atau,


Memberi jeda sebentar saja pada sosial mediamu?


Jika belum. Yuk, kita kita beri sedikit ruang bagi diri sendiri untuk sekadar menarik nafas sebentar. Meringankan segala penat yang telah membebanimu. Mengurangi jarak pada sosial media yang membuat kita makin jatuh ke dasar. Lalu, meluangkan waktu bagi diri sendiri tuk merefleksi seberapa jenuhnya aktivitas yang telah menyita waktu kita. Serta, menyusun bucket list yang sempat tertunda.


Jadi, sudahkah kamu memberi jeda bagi dirimu sendiri?

Rehat sejenak dari rutinitas berulang, memberikan diri kesempatan tuk resapi diri lebih dalam.



Continue reading Gimana Kabar Kamu?

Memaknai Kehilangan

Bagaimana kamu memaknai hilang?


Sudahkan dirimu ikhlas melepaskan?


Sudikah dirimu melepas sluruhnya?


Dunia ini tak akan kekal, kan?


Tak ada yang baik-baik saja dari sebuah kehilangan. Kehilangan yang menuju pada melepaskan sluruh apa yang ada pada diri. Mau tidak mau, bisa atau tidak bisa harus diikhlaskan dan merelakan pergi sejauh-jauhnya. Dunia hanyalah tempat persinggahan sementara tuk memaknai hidup sebaik-baiknya.


Sejatinya, manusia berhak tak merasa baik-baik saja perihal kehilangan. Entah kehilangan sanak keluarga, hak milik, dan apapun itu. Manusia memiliki perasaan, seutuhnya adalah miliknya, sampai kapanpun itu. Namun kehilangan memiliki tempat besar pada hati yang tak bisa sembuh seutuhnya, butuh waktu dan keikhlasan yang besar.


Tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Kita hidup dalam persinggahan dan menjadi tokoh utama. Suka tak suka, rela tak rela, ada Dia sepenuhnya yang telah merencanakan seluruhnya dan manusia hanyalah pemerannya. Tak sadar pula, kita mengutuk keputusan-Nya dan menyalahkan takdir yang telah ditetapkan-Nya.


Hakikat manusia sejatinya ialah pulang, pulang menemui-Nya. Dan, memaknai kehilangan adalah menemukan keikhlasan dan merelakan dengan lapang dada serta berdamai pada diri sendiri dan keputusan-Nya. 


"Bukankah penerimaan dapat melapangkah hati?"



Kendari, 16 Januari 2023.

Continue reading Memaknai Kehilangan